10 Judul Novel Tahun 1920 – 1930 an
Serta Nama Pengarang
1. Azab
dan sengsara : melari siregar ( 1924 )
2. Siti
Nurbaya : marah rusli ( 1922 )
3. Tanah
air : muhamad Yamin ( 1922 )
4. Apa
dayaku karena aku perempuan : Nur sutan Iskandar ( 1923)
5. Cinta
yang membawa maut : Nur sutan Iskandar ( 1926 )
6. Darah
Muda : Adi Negoro ( 1933 )
7. Salah
Asuhan : Abdul Muis ( 1927 )
8. Asmara
Jaya : Adi Negoro ( 1928 )
9. Percobaan
Setia : Suman Hs ( 1928 )
10. Binasa
karena gadis priangan : merari Sinegar (
1931 )

10 Judul Novel Tahun 1920 – 1930 an
Serta Nama Pengarang
1. Binasa
karena gadis priangan “ tahun 1931
Karya : Merari
Siregar
2. La
Hami “ tahun 1924
Karya : Marah
Roesli
3. Sengsara
Membawa Nikmat “ tahun 1928
Karya : Sutan Sati
4. Ringkasan
Tarikh Umat Islam “ 1929
Karya : Abdul
Malik Karim
5. Abu
Nawas “ tahun 1929
Karya : Nur Sutan
Iskandar
6. Asmara
Jaya “ tahun 1932
Djamludin
Adinegoro
7. Tanah
Air “ tahun 1922
Karya : Muhamad
Yamin
8. Si
Cebol Rindukan Bulan “ tahun 1934
Karya : Aman DAtuk
Madjoindo
9. Pertemuan
Jodoh “ tahun 1933
Karya : Abdul Muis
10. Indonesia
Tumpah Darahku “ tahun 1928
Karya : Muhamad
Yamin
10 Judul Novel Tahun 1920 – 1930 an
Serta Nama Pengarang
1.
La
Hami,diterbitkan tahun 1952
Karya :
Marah Rusli
2.
Karena
Mertua, diterbitkan 1932
Karya :
Nur Sutan ISkandar
3.
Kasih
Tersesat, tahun 1932
Karya :
Suman Hasibua
4.
Dewi
Karuna , tahun 1938
Karya : I
Gusti Nyoman Panji Tisna
5.
Kalau Tak untung, tahun 1938
Karya :
Sariamin
6. Azab dan Sengsara, terbit tahun 1924
Karya :
Merari Siregar
7. Salah Asuhan, diterbitkan tahun 1928
Karya :
Abdul Muis
8. -Andang Teruna, diterbitkan tahun 1941
Karya :
Sutomo Jauhar Arifin
9. - Pembalasan, tahun 1935.
Karya :
Haji Said Daeng Muntu
10. Syair Rosina ,terbit tahun 1933
Karya : Sutan Sati
Darah Muda
Darah muda merupakan salah satu roman karya sastrawan
Balai Pustaka, yang ditulis oleh Adinegoro atau Jamaluddin.
Tema Cerita : Kisah perkawinan dua adat dan suku yang berbeda, antara seorang pemuda Minangkabau dengan perawan sunda.
Setting Cerita : Jakarta dan Bukittinggi
Tokoh-tokoh dan watak :
Nurdin : seorang pemuda terpelajar. Dia adalah alumnus dari sekolah kedokteran Stovia. Dia termasuk pemuda yang sentimentil.
Rukmini : seorang perawan Priangan, terpelajar, serta seorang guru di Bukittinggi.
Harun : seorang pemuda Minang, dia mempunyai sifat yang jelek.
Gapur : sahabat Harun dan sekaligus teman Rukmini, serta dia merupakan orang tangan kanannya Harun.
Ibu Nurdin : simbol seorang perempuan Padang yang cukup berpegang teguh pada adat – istiadat Padang.
Ringkasan Cerita:
Setelah lulus dari sekolah kedokterannya, Nurdin disuruh oleh Orang tuanya untuk kembali ke Padang ( Bukit Tinggi ). Dikarenakan orang tuanya sudah sangat rindu untuk ingin bertemu. Di perjalanan, Nurdin berkenalan dengan seorang gadis Priangan yang bernama Rukmini. Rupanya, ia hendak menjenguk ibunya di Bengkulu. Rukmini adalah seorang guru sekolah rendah.
Sepulangnya dari Padang, Nurdin bekerja di CBZ daerah Jakarta. Kurang dari setahun dia bekerja di situ. Lalu, dia dipindah tugaskan ke Bukit Tinggi,. Sampai di Bukit Tinggi, Nurdin oleh Ibunya hendak dikawainkan dengan gadis sedaerahnya atas pilihan Ibunya. Namun, Nurdin menolak tawaran itu, sebab dia sudah terpaut dengan Rukmini, gadis Priangan itu.
Rupanya, tidak lama berselang. Dia bertemu lagi dengan Rukmini di Padang, yaitu ketika Rukmini sedang berusaha mencari tempat pengajar pada sebuah sekolah partikelir di Padang tersebut.
Di suatu hari Nurdin pulang ke Bukit Tinggi. Dia bertemu lagi dengan Rukmini dalam kereta api yang ditumpanginya. Pada waktu itu, Rukmini sedang menjenguk Ibunya yang sedang sakit di Bukit Tinggi. Ibu Rukmini ternyata diobati oleh Nurdin, sehingga hubungan kedua anak muda itu semakin dekat dan semakin akrab. Namun, Ibu Nurdin tidak menyetujui hubungan Mereka. Setelah terjadi perselisihan paham dan perdebatan yang panjang antara Nurdin dan Ibunya tentang masalah jodoh dan kawin paksa serta poligami. Akhirnya, walaupun hanya dengan setengah hati Ibunya Nurdin memperbolehkan mereka untuk menikah. Akan tetapi, walaupun Ibu Nurdin telah merestui mereka dengan setengah hati itu, rupanya pernikahan antara kedua anak muda itu gagal.
Kegagalan itu disebabkan oleh masalah adat-istiadat tata cara lamar-melamar. Sebagai orang minang, secara adat Ibu Nurdin ingin agar ppihak perempuan yang harus meminang pihak pria. Sebaliknya, menurut Rukmini. Dimana menurut adadt sunda yang melamar itu seharusnya pihak pria. Nah, disini letak kedua belah pihak sama-sama ngotot mempertahankan adat istiadat masing-masing. Akibatnya karena tidak ada kata sepakat, mamka mereka tidak jadi menikah pada waktu itu.
Tema Cerita : Kisah perkawinan dua adat dan suku yang berbeda, antara seorang pemuda Minangkabau dengan perawan sunda.
Setting Cerita : Jakarta dan Bukittinggi
Tokoh-tokoh dan watak :
Nurdin : seorang pemuda terpelajar. Dia adalah alumnus dari sekolah kedokteran Stovia. Dia termasuk pemuda yang sentimentil.
Rukmini : seorang perawan Priangan, terpelajar, serta seorang guru di Bukittinggi.
Harun : seorang pemuda Minang, dia mempunyai sifat yang jelek.
Gapur : sahabat Harun dan sekaligus teman Rukmini, serta dia merupakan orang tangan kanannya Harun.
Ibu Nurdin : simbol seorang perempuan Padang yang cukup berpegang teguh pada adat – istiadat Padang.
Ringkasan Cerita:
Setelah lulus dari sekolah kedokterannya, Nurdin disuruh oleh Orang tuanya untuk kembali ke Padang ( Bukit Tinggi ). Dikarenakan orang tuanya sudah sangat rindu untuk ingin bertemu. Di perjalanan, Nurdin berkenalan dengan seorang gadis Priangan yang bernama Rukmini. Rupanya, ia hendak menjenguk ibunya di Bengkulu. Rukmini adalah seorang guru sekolah rendah.
Sepulangnya dari Padang, Nurdin bekerja di CBZ daerah Jakarta. Kurang dari setahun dia bekerja di situ. Lalu, dia dipindah tugaskan ke Bukit Tinggi,. Sampai di Bukit Tinggi, Nurdin oleh Ibunya hendak dikawainkan dengan gadis sedaerahnya atas pilihan Ibunya. Namun, Nurdin menolak tawaran itu, sebab dia sudah terpaut dengan Rukmini, gadis Priangan itu.
Rupanya, tidak lama berselang. Dia bertemu lagi dengan Rukmini di Padang, yaitu ketika Rukmini sedang berusaha mencari tempat pengajar pada sebuah sekolah partikelir di Padang tersebut.
Di suatu hari Nurdin pulang ke Bukit Tinggi. Dia bertemu lagi dengan Rukmini dalam kereta api yang ditumpanginya. Pada waktu itu, Rukmini sedang menjenguk Ibunya yang sedang sakit di Bukit Tinggi. Ibu Rukmini ternyata diobati oleh Nurdin, sehingga hubungan kedua anak muda itu semakin dekat dan semakin akrab. Namun, Ibu Nurdin tidak menyetujui hubungan Mereka. Setelah terjadi perselisihan paham dan perdebatan yang panjang antara Nurdin dan Ibunya tentang masalah jodoh dan kawin paksa serta poligami. Akhirnya, walaupun hanya dengan setengah hati Ibunya Nurdin memperbolehkan mereka untuk menikah. Akan tetapi, walaupun Ibu Nurdin telah merestui mereka dengan setengah hati itu, rupanya pernikahan antara kedua anak muda itu gagal.
Kegagalan itu disebabkan oleh masalah adat-istiadat tata cara lamar-melamar. Sebagai orang minang, secara adat Ibu Nurdin ingin agar ppihak perempuan yang harus meminang pihak pria. Sebaliknya, menurut Rukmini. Dimana menurut adadt sunda yang melamar itu seharusnya pihak pria. Nah, disini letak kedua belah pihak sama-sama ngotot mempertahankan adat istiadat masing-masing. Akibatnya karena tidak ada kata sepakat, mamka mereka tidak jadi menikah pada waktu itu.
Akibat kenyataan itu, kenyataan Rukmini yang tidak mau mengalah dan sekaligus dia tidak begitu setuju Nurdin menikah dengan gadis luar masyarakat Minang. Maka, ibu Nurdin selanjutnya mulai melaksanakan niatnya unntuk merenggangkan hubungan antara Nurdin dengan Rukmini. Dia kemudian menyebar isu kepada keluarga Rukmini, bahwa Nurdin akan segera nikah dengan gadis sedaerahnya atau gadis Minang dalam waktu dekat.
Rupanya ada seorang pria yang akan mengambil kesempatan dalam kesempitan ini, dia bernama Harun. Harun secara terang-terangan langsung melamar Rukmini, sambil membawa isu bahwa Nurdin akan segera menikah. Tidak hanya sebatas itu usaha Harun, karena ternyata lamaran dan cintanya sama Rukmini .Dia kemudian menyuruh Gapur, temannya agar mencuri foto Rukmini. Maksud pencurian foto itu tidak lain agar Nurdin curiga dan cemburu. Caranya dia pura-pura sakit. Foto Rukmini dia taaruh di meja kamarnya. Kemudian, dia panggil Nurdin agar mengobatinya. Rupanya siasat Harun ini cukup sukses, sebab sewaktu Nurdin mengobati Harun di kamarnya itu dia melihat foto Rukmini yang terpampang dengan cantik di kamar Harun. Nurdin langsung cemburu dan curiga. Dia curuiga kepada Rukmini, bahwa benar Rukmini telah berpaling darinya dan mendapat pemuda baru yang bernama Harun itu. Hasilnya, Nurdin langsung memutuskan tali kasihnya dengan Rukmini.
Putusnya tali kasih Nurdin dengan Rukmini tidak hanya Harun yang senang, terlebih ibunya Nurdin. Dia semakin sayang kepada Nurdin yang memang terlihat jelas sudah renggang dengan Rukmini. Namun, kegembiraan ibu Nurdin ini tidak lama, sebab tidak lama kemudian rupanya Nurdin jatuh sakit akibat kenyataan itu. Melihat kenyataan itu, ibui Nurdin sangat menyesal telah berbuat demikian. Penyesalannya itu, dia utarakan sendiri kepada Nurdin.
Sewaktu Nurdin sakit, Nurdin minta agar Rukmini bersedia menengoknya dan sekaligus dia hendak minta maaf atas kesalahan pada Rukmini. Rukmini memenuhi permintaan Nurdin itu, dia langsung datang ke Padang menjenguk Nurdin. Dan pada saat itu, Rukmini menyerahkan buku hariannya kepada Nurdin. Buku harian tersebut berisi tentang bagaimana besarnya cinta Rukmini kepada Nurdin. Nurdin menjadi terharu setelah membaca buku harian Rukmini tersebut. Hati dan pikirannya langsung terbuka, sebab ternyata Nurdin sembuh.Nurdin langsung menikah dengan Rukmini. Akhirnya, jadilah mereka sebuah keluarga yang bahagia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar