Senin, 02 Desember 2013

KISAH NABI MUHAMMAD SAW. DI GUA HIRO

Muhammad Arifin el-Jahari

Sudah jamak bahwa wahyu pertama turun kepada Nabi Muhammad Saw. adalah surat al-'Alaq ayat 1-5. Makna ayat tersebut adalah, "Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan (seluruh makhluk); Ia menciptakan manusia dari segumpal darah; Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajari manusia melalui pena dan tulisan; Ia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya."
            Pada usia 36 tahun, kira-kira beberapa tahun sebelum Nabi mendapatkan wahyu di atas, beliau sering melakukan kontemplasi (menyendiri sambil beribadah dan merenung) di Gua Hira. Hal ini dilakukannya karena resah melihat tatanan masyarakat Arab yang pada saat itu sudah rusak, manusia terasing dengan kemanusiaannya. Beliau melakukan kontemplasi bukan tanpa tujuan atau sekedar mengasingkan diri. Tapi juga untuk mencari solusi bagaimana mengubah tatanan masyarakat.
Ini artinya, pada saat Nabi Muhammad mencari kebenaran, bersemangat untuk mencari solusi yang tepat guna memperbaiki tatanan masyarakat, beliau melakukan kontemplasi bertahun-tahun untuk menyucikan jiwa. Karena, hanya dengan cara pensucian dirilah beliau akan terinspirasi (dalam hal ini adalah mendapat wahyu dari Yang Maha Benar) untuk mendapat solusi yang dicari.
Ketika solusi (wahyu) itu datang malalui Malaikat Jibril, di sana ada proses penyadaran. Jibril memerintahkan kepada Nabi Muhammad untuk iqra', dan mendekapnya kuat-kuat sebanyak tiga kali, sampai Nabi Muhammad kesusahan untuk bernafas. Ini artinya, ada usaha penyadaran dari Jibril kepada Muhammad, sehingga Nabi Muhammad tidak menganggap ini sebagai mimpi yang akan membawanya pada keraguan. Dengan dekapan kuat Jibril diharapkan Nabi Muhammad betul-betul sadar dan yakin ini bukan mimpi, tapi kenyataan. Beliau benar-benar menjadi seorang utusan Allah.
Lebih lanjut, menurut Dr. Nurwadjah Ahmad, dalam Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan-nya, jika wahyu pertama ini ditarik ke ranah pendidikan, maka terdapat beberapa titik temu, sebagai berikut:
Pertama, dalam kontek ini, Nabi Muhammad berperan sebagai seorang murid yang bersemangat mencari kebenaran dengan melakukan kontemplasi. Dari sini, bahwa seharusnya seorang murid memiliki semangat tinggi mencari ilmu dan kebenaran serta mengawalinya dengan penyucian jiwa, agar memudahkan dirinya dalam proses pembelajaran.
Kedua, Malaikat Jibril berperan sebagai guru tidak serta merta memberikan pengajaran kepada sang murid (dalam hal ini, Muhammad). Tetapi, terlebih dahulu ia memberikan pertanyaan/perintah sebagai pre test, agar sang murid betul-betul menyadari bahwa dirinya sedang dalam proses pembelajaran. Sehingga ketika menerima pengajaran tersebut ia akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Hal ini juga bertujuan, supaya guru dapat mengukur sejauh mana pengetahuan sang murid, sehingga guru dapat menyesuaikan kadar bahan ajar yang akan diberikan.
Ketiga, dalam lima ayat surat al-'Alaq tersebut, terdapat empat hal yang bisa dijadikan pijakan dalam pembelajaran:
1.      Pada tahap awal, pelajaran yang harus disampaikan adalah hal-hal yang bersifat indrawi, sebagaimana ayat pertama (menciptakan seluruh makhluk).
2.      Setelah peserta didik mengetahui hal yang bersifat indrawi, pembelajaran harus ditingkatkan pada masalah-masalah yang bersifat abstrak dan spritual, sebagaimana ayat kedua (Allah menciptakan manusia...).
3.      Setelah kedua hal tersebut dikuasai, maka langkah berikutnya adalah proses pembelajaran yang berujung pada kemampuan menuliskan gagasan, sebagaimana ayat keempat (Yang mengajari manusia dengan pena/tulisan).
4.      Setelah tiga tahapan itu terlewati, maka tahap akhir adalah pembelajaran yang berkaitan dengan upaya-upaya yang akan meningkatkan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan secara langsung dari Allah SWT atau yang lebih sering disebut dengan istilah ilham. Hal ini termaktub dalam ayat yang kelima (Allah mengajari manusia apa yang tidak diketahuinya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar